Contoh Makalah Manajemen Jasa | usaha dalam bidang jasa contoh bioskop CGV Blitz | Sejarah CGV Blitz | Manajemen Bisnis

9:11 PM

BAB I PENDAHULUAN


Dalam abad modernisasi seperti sekarang ini, globalisasi adalah hal yang tak dapat terelakan lagi dalam semua aspek kehidupan, terutama bagi kehidupan perusahaan yang selalu ingin berkembang. Wujud nyata dari modernisasi dan globalisasi tersebut yaitu dengan diterapkannya pasar bebas dan masuknya perusahaan asing sebagai investor sebuah perusaahaan.
Tak dapat dipungkiri, masuknya investor asing tersebut tentu membawa budaya kerja dan bisnis yang berbeda dengan apa yang ada di perusahaan lokal selama ini. Hal ini bisa memberikan dampak positif bagi perusahaan karena akan tercapainya standarisasi yang berdampak pada efektivitas dan efisiensi kerja yang lebih baik. Tetapi hal yang baik bisa saja mendapat penerimaan yang kurang baik apabila tidak didukung oleh cara penyampaian yang baik.
Bauran  jasa  dibedakan  menjadi  lima  kategori penawaran jasa:
1.      Barang  berwujud  murni  (pure  tangible  goods).  Penawaran  terutama terdiri dari barang berwujud seperti sabun, pasta gigi, atau garam. Tidak ada jasa yang menyertai produk,
2.      Barang  berwujud  yang  disertai  jasa  (tangible  goods  with accompanying  services).  Penawaran  terdiri  dari  barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa. Umumnya, semakin  canggih  sebuah  produk,  semakin  besar  kebutuhan untuk jasa pendukung berkualitas tinggi  yang lebih luas. Jasa sering  menjadi  elemen  penting  dalam  industri  mobil, komputer, dan telepon seluler.
3.      Hibrida  (hybrid).  Penawaran  terdiri  dari  bagian  barang  dan jasa  yang  sama  proporsinya.  Misalnya,  orang  sering mengunjungi  restoran  baik  karena  makanan  maupun penyajiannya,
4.      Jasa utama yang disertai barang dan jasa kecil  (major service with  accompanying  minor  goods  and  services).  Penawaran terdiri  atas  jasa  utama  beserta  tambahan  jasa  atau  barang pendukung.  Misalnya,  meskipun  perjalanan  mencakup beberapa  barang  berwujud  seperti  makanan  ringan  dan minuman,  yang  dibeli  penumpang  pesawat  terbang  adalah transportasi.  Jasa  ini  memerlukan  barang  bermodal  besar—pesawat terbang—agar terwujud, tetapi item utamanya adalah jasa.
5.      Jasa  murni  (pure  service).  Penawaran  murni  terdiri  dari  jasa. Contoh meliputi pengasuh bayi, psikoterapi, dan pijat.
Jasa mempunyai empat karaktertistik berbeda yang  sangat  mempengaruhi  desain  program  pemasaran:  tak  berwujud  (intangibility), tak  terpisahkan  (inseparability),  bervariasi  (variability),  dan  dapat  musnah (perishability).
Tidak  seperti  produk  fisik,  jasa  tidak  dapat  dilihat,  dirasakan,  diraba, didengar,  atau  dibaui  sebelum  jasa  itu  dibeli.  Seseorang  yang  mengalami  bedah kosmetik  tidak  dapat  melihat  hasilnya  sebelum  membeli,  dan  pasien  di  kantor psikiater  tidak  dapat  mengetahui  hasil  pasti  perawatannya.  Untuk  mengurangi ketidakpastian,  pembeli  akan  mencari  bukti  kualitas  dengan  mengambil kesimpulan dari tempat, orang, peralatan, bahan komunikasi, simbol, dan harga. Karena itu, tugas penyedia jasa adalah “mengelola bukti,” untuk “mewujudkan hal yang  tak  berwujud”.  Perusahaan  jasa  dapat  berusaha  mendemonstrasikan kualitas  jasa  mereka  melalui  bukti  fisik  dan  presentasi.  Sebuah  hotel  akan mengembangkan  penampilan  dan  gaya  menghadapi  pelanggan  yang  menyadari proporsi nilai pelanggan yang ditujukan hotel itu, baik kebersihan, kecepatan, atau beberapa  manfaat  lainnya.  Misalkan  sebuah  bank  ingin  memposisikan  dirinya sebagai  bank yang “cepat”. Bank tersebut dapat mewujudkan strategi  positioning ini melalui sejumlah sarana pemasaran:
1.      Tempat. Eksterior dan interior bangunan harus rapi. Tata letak meja dan arus lalu lintas harus direncanakan secara seksama. Antrian tidak boleh terlalu panjang.
2.      Orang. Personal harus sibuk, tetapi harus ada jumlah karyawan yang cukup untuk mengelola beban kerja.\
3.      Peralatan. Komputer, mesin fotokopi, dan meja harus tampak “canggih”.
4.      Bahan  komunikasi.  Bahan  cetak—teks  dan  foto—harus menunjukkan efisiensi dan kecepatan.
5.      Simbol. Nama dan simbol dapat menunjukkan pelayanan yang cepat.
6.      Harga.  Bank  dapat  beriklan  bahwa  mereka  akan  memberikan $5  di  rekening  semua  pelanggan  yang  mengantri  lebih  dari lima menit.
Jasa tidak dapat disimpan, jadi dapat musnahnya jasa bisa menjadi masalah ketika  permintaan  berfluktuasi.  Misalnya,  perusahaan  transportasi  publik  harus memiliki  peralatan  yang  lebih  banyak  karena  permintaan  pada  jam  sibuk  dan bukan untuk permintaan yang merata sepanjang hari. Beberapa dokter mendenda pasien karena tidak datang pada waktu pernjanjian akibat nilai jasa (ketersediaan dokter) hanya ada pada saat perjanjian.
Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  (2008),  kualitas  adalah  tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat atau taraf, mutu. Definisi kualitas, menurut American Society for Quality Control (Kotler, 2008;129) adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan  kebutuhan  yang  dinyatakan  atau  yang  tersirat.  Sedangkan  definisi secara  umum  dari  kualitas  jasa  pelayanan  adalah  perbandingan antara harapan  konsumen dengan kinerja kualitas pelayanan.  Pandangan lain dari  kualitas  jasa  pelayanan  ini,  yaitu  lebih  menekankan  pada  kata  pelanggan, pelayanan, kualitas dan level atau tingkat. Pelayanan terbaik yang konsisten untuk dapat mempertemukan harapan konsumen (standar pelayanan eksternal dan biaya) dan  sistem  kinerja  cara  pelayanan  (standar  pelayanan  internal,  biaya  dan keuntungan).
Pelayanan merupakan faktor yang amat penting khususnya bagi perusahaan yang  bergerak  dibidang  jasa.  Dimana  hal  ini  fisik  produk  biasanya  ditunjang dengan  berbagai  macam  inisial  produk.  Adapun  inti  produk  yang  dimaksud biasanya merupakan jasa tertentu. Oleh karena itu pentingnya mengetahui secara teoritis  tentang  batasan,  pengertian  dan  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  dari pada pelayanan itu sendiri.
Pelayanan  pelanggan  ini  sangat  penting  artinya  bagi  kehidupan  suatu perusahaan,  karena  tanpa  pelanggan,  maka  tidak  akan  terjadi  transaksi  jual  beli diantara keduanya. Untuk itu kegiatan pelayanan perusahaan haruslah berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan dalam praktek tidak cukup hanya dengan terpenuhinya kepuasan pribadi untuk melayani konsumen yang bersangkutan tetapi juga harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Pelanggan adalah orang paling penting
2.      Pelanggan  adalah  objek  yang  dapat  memberikan  keuntungan  bagi perusahaan
3.      Pelanggan  bukanlah  lawan  bicara  yang  perlu  diajak  berdebat,  bila terpaksa, maka pihak yang menang haruslah pihak pelanggan
4.      Pelanggan adalah raja, sekali ia kalah dalam berargumentasi maka ia akan pindah ke produk lain
5.      Pelanggan  adalah  manusia  biasa  yang  memiliki  perasaan  senang, benci,  bosan,  dan  adakalanya  mempunyai  prasangka  yang  tidak beralasan
6.      Pelanggan  dalam  usaha  mendapatkan  pelayanan  selalu  ingin didahulukan, diperhatikan, dan ingin diistimewakan serta tidak ingin diremehkan begitu saja
Seorang  pelanggan,  jika  merasa  puas  dengan  nilai  yang  diberikan  oleh  produk atau  jasa,  sangat  besar  kemungkinannya  menjadi  pelanggan  dalam  waktu  yan g lama.
Kepuasan konsumen adalah  perasaan  senang  atau  kecewa  seseorang  yang  muncul  setelah membandingkan  kinerja  (hasil)  produk  yang  dipikirkan  terhadap  kinerja  yang diharapkan.  Memuaskan  kebutuhan  konsumen  adalah  keinginan  setiap perusahaan.  Selain  faktor  penting  bagi  kelangsungan  hidup  perusahaan, memuaskan  kebutuhan  konsumen  dapat  meningkatkan  keunggulan  dalam persaingan. Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk  membeli  kembali  produk  dan  menggunakan  kembali  jasa  pada  saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan.
Menurut Kotler (2009:332) merek  merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau  rancangan,  atau  kombinasi  dari  semuanya,  yang  dimaksudkan  untuk mengidentifikasikan  barang  atau  jasa  atau  kelompok  penjual  dan  untuk mendiferensiasikannya  (membedakan)  dari  barang  atau  jasa  pesaing.  Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara  tertentu  mendiferensiasikannya  dari  produk  atau  jasa  lain  yang  dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Peranan merek mengidentifikasi  sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen baik individu atau organisasi untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu..
Terdapat  beberapa  perbedaan  antara  produk  dengan  merek.  Produk  merupakan sesuatu  yang  dihasilkan  oleh  pabrik  dan  mudah  ditiru  oleh  para  pesaing.
Sedangkan  merek  merupakan  sesuatu  yang  dibeli  oleh  kosumen,  memiliki  nilai dan identitas atau ciri tertentu yang dilindungi secara hukum sehingga tidak dapat ditiru  oleh  pesaing.  Merek  mempengaruhi  persepsi  konsumen  terhadap  produk yang  akan  dibeli  maka  persaingan  antar  perusahaan  adalah  persaingan  persepsi bukan produk (Tjiptono 2011;34).
Dilihat  dari  kutipan  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  brand  adalah identitas  atau  nama  terhadap  sebuah  produk,  hal  tersebut  guna  membedakan dengan produk lain. Perbedaan dalam sebuah produk dapat dilihat dari nama.
Tantangan  pemasar  dalam  membangun  merek  yang  kuat  adalah sebagaimana menjamin bahwa konsumen  mempunyai pengalaman yang tepat terhadap produk,  pelayanan dan marketing program  yang menyertainya, sehingga pikiran (thoughts), perasaan (feeling), citra  (image), keyakinan, persepsi, opini serta hal lain yang diinginkan dapat terkaitkan (linked)  dengan merek.
Menurut  Aaker  dalam  Nagar  (2009),  loyalitas  merek  menunjukkan  pola pembelian  yang  konsisten  terhadap  merek  tertentu  sepanjang  waktu  dan  juga sikap menyenangkan terhadap sebuah merek.  Loyalitas merek berkembang ketika merek  sesuai  dengan  personalitas  atau  image  diri  konsumen  atau  ketika  merek menawarkan  kepuasan  dan  keuntungan  unik  yang  dicari  konsumen.  Maka dapat disimpulkan bahwa  loyalitas  merek  adalah  suatu  tindakan  yang  dilakukan  oleh  konsumen untuk  membeli  merek  tertentu  secara  berulang  sebagai  akibat  kepuasan  yang didapat setelah pembelian pertama.
Kesetiaan merek terbentuk melalui proses pembelajaran, yaitu suatu proses dimana  konsumen  melalui  pengalamannya  berusaha  mencari  merek  yang  paling sesuai  untuknya,  dalam  arti  produk  dari  merek  tersebut  dapat  memberikan kepuasan  yang  sesuai  dengan  harapan  dan  kebutuhannya.  Konsumen  akan  terus menerus  mencoba  berbagai  macam  merek  sebelum  menemukan  merek  yang benar-benar  cocok.  Kepuasan  konsumen  akan  tetap  merupakan  bagian  yang sangat penting dalam  kesetiaan merek. Kesetiaan merek biasanya mengakibatkan repeat buying  dan  recommended buying. Jika konsumen puas akan  performance suatu merek maka akan  membeli terus merek tersebut, menggunakannya bahkan memberitahukan  pada  orang  lain  akan  kelebihan  merek  tersebut  berdasarkan pengalaman konsumen dalam  memakai merek tersebut. Jika konsumen puas akan suatu  merek  tertentu  dan  sering  membeli  produk  tersebut  maka  dapat  dikatakan tingkat  kesetiaan  merek  itu  tinggi,  sebaliknya  jika  konsumen  tidak  terlalu  puas akan  suatu  merek  tertentu  dan  cenderung  untuk  membeli  produk  dengan  merek yang  berbeda-beda  maka  tingkat  kesetiaan  merek  rendah.  Kepuasan  konsumen perlu  dipelihara  dan  ditingkatkan  agar  dapat  menciptakan  dan  mempertahankan kesetiaan  terhadap  merek.  Bila  konsumen  memperoleh  kepuasan  dari pembeliannya  akan  suatu  produk  maka  hal  tersebut  akan  menciptakan  sikap positif terhadap merek tersebut sehingga konsumen akan melakukan pembelian..

Berdasarkan  latar  belakang  yang  dijelaskan  sebelumnya,  maka  dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana strategi pengelolaan Sumber Daya Manusia pada karyawan CGV Blitz?
2.      Berapa  besar  pengaruh  kepuasan  konsumen  terhadap  loyalitas  merek pada CGV Blitz?

Makalah ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat sebagai berikut:
1.      Perusahaan
Membantu  bagi  para  pengusaha  dalam  menjalankan  strategi  bisnis. Beberapa  bentuk  yang  dapat  membantu  pengusahan  atau  pemasar dalam  memenuhi  kebutuhan  dan  keinginan  pelanggan  sehingga berdampak  loyal  pada konsep dari perusahaan blitz CGV.
2.      Akademisi
Membantu  para  akademisi  untuk  mengembangkan  strategi  pemasaran melalui penciptaan merek yang kuat didasari dengan memahami konsep dari perusahaan blitz sehingga  dapat  digunakan  untuk kemajuan bidang ilmu pengetahuan.











 



BAB II PEMBAHASAN


PT Graha Layar Prima Tbk didirikan pada tahun 2004 berdasarkan Akta No. 1 tanggal 3 Februari 2004, yang dibuat di hadapan Merryana Suryana, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. C-10893 HT.01.01.TH.2004 tanggal 4 Mei 2004. Perseroan memulai kegiatan usahanya dengan pembukaan bioskop yang dahulu bernama Blitzmegaplex Paris Van Java, Bandung pada 16 Oktober 2006. Hingga saat ini Perseroan telah mengembangkan 19 bioskop di Indonesia.
Selain itu, pada tahun 2012 Perseroan juga mengadakan kerjasama dengan beberapa pemilik mal dan membuka Blitztheater. Perseroan senantiasa melakukan berbagai inovasi demi meningkatkan daya saing dan positioningperusahaan. Inovasi dan terobosan terbaru Perseroan adalah dengan melakukan  rebranding  yang mengubah brand Perseroan dari Blitzmegaplex menjadi CGV*blitz pada 6 Agustus 2015. Sebagai rangkaian kegiatan rebranding  ini, Perseroan juga melakukan  Grand Opening CGV*blitz di Grand Indonesia Shopping Town dengan menawarkan berbagai inovasi terkini seperti renovasi total pada bioskop dan menghadirkan konsep menonton terbaru melalui pembukaan auditorium Sphere - X yang memiliki tiga keunggulan 3S: Screen, Sound and Seat.
CGV*blitz pertama kali berdiri di kota Bandung, yang kemudian berkembang ke Jakarta dan memiliki beberapa lokasi yaitu:
1.      PARIS VAN JAVA BANDUNG
2.      GI JAKARTA
3.      PACIFIC PLACE JAKARTA
4.      MALL OF INDONESIA JAKARTA
5.      TERAS KOTA MALL SEPRONG
6.      CENTRAL PARK JAKARTA
7.      BEKASI CYBER PARK
8.      PLAZA BALIK PAPAN
9.      KEPRI MALL BATAM
10.  GRAND GALAXY PARK
11.  HARBOUR BAY BATAM
12.  MIKO MALL BANDUNG
13.  SAHID JWALK YOGYAKARTA
14.  BANDUNG ELECTRONIC CENTER
15.  GRAND DADAP CITY
16.  GRAGE CITY MALL
17.  HARTONO MALL
18.  MARVELL CITY
19.  FESTIVE WALK
Nama Perusahaan   : PT Graha Layar Prima, Tbk.
Tanggal Pendirian   : 3 Februari 2004
Pencatatan Saham  : 10 April 2014
Bidang Usaha         : Di sektor perfilman, perekaman video, penyediaan makan dan minuman serta jasa rekreasi dan hiburan.
Akta Pendirian        : Akta No. 1 tanggal 3 Februari 2004, yang dibuat di hadapan Merryana Suryana, S.H., Notaris di Jakarta. Pengesahan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. C-10893 HT.01.01.TH.2004 tanggal 4 Mei 2004
Kode Saham          : BLTZ
Modal Dasar          : Rp1,352,192,686,000
Jumlah Saham         : 337.657.532
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh: Rp591,952,504,000
Situs                       : Website www.cgvblitz.com
Alamat       : PT Graha Layar Prima Tbk, Menara Karya Lt. 25, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. I – 2 Jakarta 12950
Phone          : +6221 – 2554 2500
Fax             : +6221 – 2554 2501
Email           : corpsec@blitzmegaplex.com
“Evolving Beyond Movies, No. 1 Cultureplex in Indonesia”
“To create a lasting and memorable experience At the First, the Only and the Best place”

1.       Integritas
Kepatuhan terhadap peraturan dan standar yang berlaku serta intoleransi terhadap inefisiensi dan korupsi yang kami maksud dengan Integritas adalah:
-         Intoleransi         terhadap           inefisiensi;
-         Pelaporan         yang    transparan       dan      Tidak  ada penyembunyian;
-         Bertindak         jujur:    Tidak  ada      tindakan          ilegal, penipuan, penggelapan dan korupsi.
2.      Passion
Striving for No. 1 through challenges with tenacity yang kami maksud dengan Passion adalah:
-         Menetapkan     aspirasi            untuk   menjadi           No      1 dengan tekad mutlak;
-         Mengejar          pencapaian      tertinggi           dan kesempurnaan dengan melihat segala sesuatu melalui akhir.
3.      Creativity
Ide-ide kreatif yang mengarah pada perubahan dan
Inovasi Dengan Kreativitas, kami maksud:
-         Bekerja            dengan sikap    “Change           Everything”;
-         Pangkas           30%    dari     pekerjaan        Anda   dan      terus mencari cara baru dalam melakukan sesuatu.
1.      Bratanata Perdana
Warga Negara Indonesia, usia 47 tahun. Beliau menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak Juni 2014 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 79 dibuat dihadapan Leolin Jayanti, SH pada tanggal 30 Juni 2014. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2013. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai Partnerdi Quvat Management Singapura sejak tahun 2006.
2.      Rosihan Arsyad
Warga Negara Indonesia, usia 66 tahun. Beliau menjabat sebagai Komisaris Independen Perseroan sejak tahun 2013 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 49 dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH pada tanggal 27 Juni 2013. Saat ini, Beliau juga menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Shanghiang Delapan Satu sejak tahun 2014.
1.      Bernard Kent Sondakh
Warga Negara Indonesia, usia 67 tahun. Beliau menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2013 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 22 dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH pada tanggal 18 Februari 2013. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai Komisaris di PT CJ Indonesia sejak tahun 2008
2.      Lim, Jong Kil
Warga Negara Korea Selatan, saat ini berusia 49 tahun. Beliau menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2013 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 22 dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH pada tanggal 18 Februari 2013.
3.      Yong Sook Kwon
Warga Negara Korea Selatan, saat ini berusia 41 tahun. Beliau menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2014 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 66 dibuat dihadapan Aryanti Artisari, SH., MKn. pada tanggal 19 September 2014. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai Associatedi Jipyong, Corporate Team, Seoul, Korea sejak tahun 2006.
4.      Johan Yudha Santosa
Warga Negara Indonesia, saat ini berusia 51 tahun. Beliau menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 47 dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH pada tanggal 19 Desember 2012. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai Komisaris di PT Cardig Air sejak 2009, Presiden Direktur di PT Trihatma Karya Persada sejak 2008, Presiden Komisaris di PT Premier Qualitas Indonesia sejak 2013, dan Komisaris PT Deyon Resources sejak October 2015.
5.      Ferdiana Yulia Sunardi
Warga Negara Indonesia, saat ini berusia 40 tahun. Beliau menjabat sebagai Direktur Independen Perseroan sejak tahun 2013 berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dan dituangkan dalam Akta Notaris Nomor 49 dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH pada tanggal 27 Juni 2013.
Per 31 Desember 2015, Perseroan memiliki 1 (satu) anak Perusahaan yakni PT GRAHA LAYAR MITRA (“GLM”) dengan persentase kepemilikan sebesar 99,82%. GLM mulai beroperasi sejak tahun 2012 dan hingga saat ini berstatus aktif. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Anggaran Dasar GLM, maksud dan tujuan GLM adalah bergerak di bidang jasa konsultasi, studi teknologi dan sistem komunikasi, arsitektur dan konstruksi, periklanan, supervisi teknis, pemberian bantuan nasihat, pemberian bimbingan dan operasional usaha dan permasalahan organisasi dan manajemen dalam bidang bioskop maupun lainnya, bimbingan perencanaan strategi dan organisasi, tujuan dan kebijakan pemasaran, kebijakan sumber daya manusia, kegiatan penerimaan royalti atau balas jasa lisensi untuk penggunaan hak seperti merek, perjanjian waralaba dan aset tak berwujud non-finansial lainnya.Saat ini, GLM menjalankan kegiatan usaha jasa konsultasi manajemen serta bantuan teknis dalam pengoperasian bioskop oleh pemilik mal dimana bioskop tersebut terletak
Perseroan memandang sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama Perseroan. Sebab itulah Perseroan memberikan perhatian besar pada kualitas tiap individu. Secara umum strategi pengelolaan sumber daya manusia yang dilakukan Perseroan di sepanjang tahun 2015 terfokus pada hal-hal sebagai berikut:
-         Menerapkan     sistem   rekrutmen         berbasis            kompetensi agar Perseroan senantiasa menempatkan sumber daya manusia yang berkualitas;
-         Menerapkan     sistem   penilaian           kinerja  berbasis            Key Performance Indicator yang diatur per divisi, dan dikembangkan menjadi KPI per individual yang bertujuan untuk mengkomunikasikan strategi perusahaan sampai ke seluruh lini dan pencapaian target-target Perseroan;
-         Mengutamakan program          pengembangan karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas karyawan Perseroan.
-         Melaksanakan  kegiatan            karyawan         yang     bertujuan untuk semakin meningkatkan kreativitas dan hubungan kerjasama erat antar karyawan dengan mengimplementasikan norma-norma perusahaan yang berlaku
Berdasarkan data terakhir hanya terdapat 38 kota dari 80 kota besar di Indonesia yang memiliki bioskop. Data ini sudah mencerminkan tiga pemain terbesar di industri bioskop Indonesia, termasuk CGV*blitz. Kurangnya jumlah bioskop di Indonesia dan diiringi oleh pertumbuhan populasi MAC mencerminkan besarnya potensi Industri bioskop Indonesia untuk bertumbuh.
Melihat industri bioskop di negara-negara lain, terutama di negara-negara Asia Tenggara, penetrasi industri bioskop Indonesia masih tertinggal jauh. Secara khusus, negara yang paling dekat untuk dibandingkan dengan Indonesia, Malaysia, menawarkan 25,7 layar untuk setiap juta penduduk, dibandingkan dengan 2,9 layar di Indonesia padahal wilayah, budaya, bahasa dan faktor-faktor lain di Indonesia serupa dengan Malaysia. Rendahnya jumlah layar yang tersedia di Indonesia mendukung prediksi bahwa industri bioskop di Indonesia masih memiliki banyak kesempatan yang bisa digarap.
Saat ini, Perseroan melihat bahwa hanya ada dua pesaing Perseroan di industri bioskop Indonesia. Kondisi persaingan ketat di industri saat ini memberikan peluang strategis bagi Perseroan untuk lebih memperkuat posisi kehadirannya di industri perfilman indonesia.
Saat ini, Perseroan tidak hanya menayangkan filmfilm Hollywood, tetapi juga berbagai jenis film dari berbagai distributor film. Hal ini dapat dilakukan oleh Perseroan dikarenakan hubungan yang baik dan kuat antara Perseroan dan distributor film. Sehingga, selama bertahun-tahun Perseroan telah mengembangkan hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan distributor film terutama untuk film lokal, independen dan non-hollywood.
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam industri pertunjukan film (bioskop), kepuasan pelanggan merupakan kunci utama untuk senantiasa meningkatkan jumlah penonton yang pada akhirnya mampu meningkatkan kinerja dan pencapaian Perseroan. Untuk itu kualitas pelayanan kepada pelanggan merupakan salah satu strategi utama yang senantiasa ditingkatkan Perseroan. Seiring dengan terus meningkatkan persaingan
dalam bisnis bioskop, Perseroan tetap optimis mampu mempertahankan dan meningkatkan reputasi dengan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan.
            Perseroan melaksanakan kegiatan pemasaran melalui 4 (empat) aktifitas utama:
1.      KERJASAMA  DENGAN  PARTNER  STRATEGIS  UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN DAN PENDAPATAN
-         Saat ini Perseroan bekerjasama dengan bank-bank terkemuka di Indonesia untuk kegiatan promosi dan pemasangan iklan.
2.      BEKERJASAMA  DENGAN  BEBERAPA  SALURAN PEMASARAN  UNTUK  MENINGKATKAN  AWARENESS AKAN MEREK PERSEROAN
3.      AKUISISI SERTA PENINGKATAN KESETIAAN PELANGGAN MELALUI KEGIATAN PROMOSI
-         Perseroan senantiasa menggunakan kegiatan promosi untuk menarik dan mempertahankan pelanggan baru. Beberapa contoh kegiatan promosi ini meliputi: (1) CGV*blitz Card, suatu jenis keanggotaan pelanggan yang menawarkan keuntungan khusus bagi para anggotanya seperti pembelian tiket secara online, poin loyalty dan rewards; dan (2) program loyalty dengan providertelepon seluler yang menawarkan tiket gratis setiap minggu untuk pengguna tertentu.
4.      STRATEGI MEMPERTAHANKAN PELANGGAN
-         Perseroan secara terus menerus menjaga hubungan dengan pelanggannya melalui berbagai jalur, termasuk call center, websitedan media sosial. Perseroan juga senantiasa berusaha meningkatkan pengalaman bagi pelanggan dengan mengumpulkan dan menganalisa data kepuasan pelanggan. Sebagai contoh, programprogram promosi merupakan hasil analisa data kepuasan pelanggan tersebut.
Sebagai perusahaan publik yang beroperasi di wilayah hukum Indonesia, Perseroan berkomitmen untuk patuh pada segala peraturan yang berlaku, termasuk ketentuan di pasar modal dalam negeri. Oleh karenanya, komitmen untuk memberikan transparansi informasi dan akses yang seluasnya bagi pemegang saham maupun pemangku kepentingan terhadap
informasi mengenai perusahaan, menjadi faktor penting dalam menjalankan perusahaan.
            Penerapan lima prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/“GCG”) dalam kelangsungan bisnis Perseroan merupakan hal yang fundamental. Untuk itu, penerapan GCG
secara konsisten merupakan faktor penting dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya risiko dan tantangan yang mungkin
dihadapi Perseroan seiring dengan pertumbuhan Perseroan yang pesat meski adanya peningkatan persaingan dengan kompetitor. Adapun kelima prinsip GCG tersebut adalah:
1.      Keterbukaan
Prinsip yang dipertahankan dalam rangka menyediakan akses yang sama terhadap informasi mengenai perusahaan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan.
2.      Akuntabilitas
Prinsip ini memastikan seluruh kegiatan operasional dan bisnis dilakukan secara profesional dan sesuai peraturan yang berlaku sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan dari publik luas, pemegang saham maupun pemangku kepentingan. Pengawasan terhadap pelaksanaannya dilakukan oleh Komite Audit yang merupakan perpanjangan tangan dari Dewan Komisaris
3.      Tanggung jawab
Prinsip tanggung jawab salah satunya diwujudkan dalam pengambilan keputusan Perseroan setiap manajemen bertanggung jawab atas pencapaian tujuan yang ditetapkan.
4.      Independensi
Prinsip ini diterapkan untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil bersifat independen dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.      Kesetaraan
Ini merupakan prinsip yang diterapkan dalam memperlakukan setiap karyawan, pemasok maupun pemangku kepentingan.
Perseroan memiliki Peraturan Perusahaan yang berisi pedoman perilaku yang wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan. Melalui penerapan pedoman perilaku ini, diharapkan semua karyawan dapat menjaga kredibilitas dan tingkat kepercayaan publik terhadap Perseroan yang sejauh ini telah dikenal memiliki reputasi baik dan terpercaya.
Agar dapat berlaku efektif, Perseroan terus mensosialisasikan pedoman perilaku kepada seluruh karyawan di seluruh bagian atau departemen, termasuk kepada anak perusahaan Perseroan. Sosialisasi menyeluruh ini diharapkan mendorong karyawan untuk menunjukkan perilaku umum yang akan menjadi landasan bagi segenap aktivitas Perseroan dalam menjalankan usahanya, antara lain:
a.       Integritas dalam berusaha yang merupakan bentuk kepatuhan pada peraturan yang berlaku.
b.      Tidak membuat pernyataan palsu dan klaim palsu terutama terkait pemasaran dan negosiasi termasuk akun untuk biaya dan pengeluaran, kajian atas proyek tertentu dan penulisan laporan.
c.       Menghindari terjadinya benturan kepentingan, moonlighting, insider trading, memakai aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, melakukan pekerjaan lain di luar perusahaan yang berpotensi mengganggu produktivitas, dan memberikan informasi yang menguntungkan orang lain.
d.      Tidak memberi/menerima hadiah.
e.       Tidak menerima atau melakukan suap dalam bentuk apapun.
f.        Tidak melakukan penyelewengan seperti menipu, menggelapkan, memalsukan, penyalahgunaan aset, pengalihan kas, dan lain-lain.
10.   Fasilitas
1.      Blitzcafe
blitzcafe adalah fasilitas restoran di CGV blitz.
2.      blitz Icon
blitzicon merupakan fasilitas photobooth yang terdapat di CGV blitz Grand Indonesia.
3.      Fasilitas lainnya
-         Coffee corner
-         Smoking lounge
-         Box office & Consession
-         Waiting Room (Party Room dan Seating Lounge)
-         Self Ticketing



BAB III PENUTUP


Berdasarkan dari makalah yang saya buat di atas, dapat di taik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kualitas jasa perusahaan Blitz CGV ini menerapkan sistem recruitment yang berbasis kompetensi agar mendapatkan sumber daya yang berkualitas, dan juga untuk meningkatkan penjualan jasa, perusahaan Blitz CGV ini melakukan aspek pemasaran melalui kegiatan pemasaran bekerjasama dengan beberapa partner strategis serta menggunakan kegiatan promosi untuk menarik pelanggan baru dan juga mempertahankan pelanggan lama dengan program-program yang menguntungkan bagi pelanggan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan melalui kegiatan promosi tersebut. Serta untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi karyawan, perusahaan tersebut mengelola prinsip untuk dipatuhi oleh seluruh karyawan, dan penerapan prinsip tersebut bertujuan agar dapat menjadi landasan yang kuat untuk menciptakan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan serta menjadikannya sebuah organisasi yang transparan dan kredibel.

Dengan  penuh kesadaran dari saya selaku penyusun makalah ini, kami sangat mengaharapkan dan juga membutuhkan saran teman-teman peserta diskusi dan juga khususnya dari dosen pengampu yang kami hormati guna untuk lebih mendalami apa yang belum tersampaikan pada makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA


 

Lupiyoadi, R. (Jakarta). Manajemen Pemasaran Jasa. 2013: Salemba Empat.
Tjiptono, F. (2006). Manajemen Jasa. Andi.
https://id.wikipedia.org/wiki/CJ_CGV#Fasilitas

https://www.cgv.id/uploads/profile/Annual%20Report%202015.pd

Tidak ada komentar:

Isbiantari Siregar. Diberdayakan oleh Blogger.